Yanik sudah aktif melukis sejak
kecil, selain memang minat dan bakat, juga karena aktifitas anak anak saat itu
lebih banyak dibidang seni. Belajar lukisan tradisi Gaya Ubud dari pamannya
serta pelukis senior lainnya, Mengambil tema pewayangan, tarian dan
aktifitas masyarakat desa seperti: aktifitas di sawah, pasar, upacara dan
cerita rakyat.
Pertengahan tahun 80an perkembangan
seni lukis di Ubud semakin pesat, dengan munculnya lukisan tema baru dengan
tehnik yang lebih sederhana yaitu tema flora dan fauna. Minat generasi muda
untuk mempelajari dan menekuni lukisan gaya baru ini sangat besar.
Terutama dimotori oleh gaya Pengosekan
dan gaya Penestanan. Dan Yanik juga terpengaruh dan mengembangkan gaya dan tema
lukisannya sendiri. Yaitu lukisan fauna (burung) dengan latar belakang hutan
rimba. Tema ini cukup lama dia kerjakan sampai dia harus berhenti karena
kecelakaan tahun 1993.
Tahun 1996 ketika kondisinya sudah
membaik, Yanik mulai melukis kembali. Mengingat kondisi tangannya tidak bagus
untuk melukis gaya Tradisi yang membutuhkan kerapihan tinggi, dia akhirnya mengambil
tema moderen dengan tehnik cat minyak di kanvas. Mulai dari figure wanita
(naked) sampai gaya decorative yang memainkan textur tebal. Beberapa dari karya
itu dia boyong ke Swiss Eropa dalam pameran keliling.
Pengalaman 3 bulan di Eropa membuat
dia sadar akan pentingnya originalitas dalam berkarya. Dia menghentikan dan
menyimpan semua tehnik dan tema lama yang dia pelajari dan mulai dari awal
dengan hanya bermain dengan tinta hitam di atas kertas. Hasil dari pergulatan ini
mendekatkan karya sketsanya ke jaman pra sejarah. Seperti suku premitif yang
sering mengoreskan sketsa atau karya lukis mereka di dinding gua (Rock
Art).
Terinspirasi dari karya mereka, Yanik
berusaha memindahkan skesa kehidupan itu sedekat mungkin keatas kertas dan
kanvasnya. Baik dari segi tema, garis, pembagian bidang, textur, domonasi warna
serta motif yang sering di temui.Sebagai referensi yanik banyak mengambil
inspirasi dari karya suku Aborijin Australia, suku Dayak Kalimantan dan motif Pra-Colombia.
Sekitar 3 tahun Yanik menghabiskan waktu untuk menggeluti tema ini dengan
memadukan berbagai tehnik lukis seperti mono print, water color, oil, acrlylic,
pastel, collage diatas kertas maupun kanvas bertekstur.
Hasilnya adalah pada tahun 2000 dia
pamerkan di Studio/gallerynya dengan tema Aboriginal dan borneo collaboratin.
Pameran tunggal pertamanya ini memberikan kesan beragam pada seniman setempat
dan menjadi awal langkahnya untuk fokus pada karya barunya. Yaitu karya
dengan media; clear oil pastel, tinta, watercolor, diatas kertas. Dengan kombinasi
tehnik mono print dan hand coloring. Dalam perkembanganya, Yanik mengganti
clear oil pastel dengan Wax/Lilin, water color dengan Acrylic High Pigment.
Tehnik Mono print diganti dengan Cetak timbul (embossing motif) di atas kertas.
Tehnik ini belum pernah atau jarang
dipakai seniman lain. Tidak ada referensi yang menamainya. Dan sementara ini
yanik memberikan nama “Lukisan Style Batik”. Lihat www.Yanikbatik.blogspot.com. Tema lukisan dikembangkan sesuai dengan ide dan gagasan
terkini. Yanik menggunakan tehnik ini untuk beberapa tema lukisan. Yaitu: Tema
Premitif tahun 2000, Decoratif mulai tahun 2002, Landscape mulai tahun 2007, Kontenporer 2010 dan Artistic Nude 2011.